Sabtu, 12 Maret 2011

MANUSIA DAN CINTA KASIH


MANUSIA DAN CINTA KASIH


Pengertian Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta. Cinta adalah rasa sangat suka, sayang, ataupun sangat tertarik hatinya.
Pengertian cinta menurut Dr. Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta; Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.

Cinta menurut Dr. Sarlito W. Sarwono memiliki tiga unsur, yaitu :
1. Keterikatan (Cinta Setia)
2. Keintiman (Cinta Saudara)
3. Kemesraan (Cinta Rayuan)

Cinta memiliki tiga tingkatan: tinggi (Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah), menengah (orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat) dan rendah (keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal).

Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji, bentuknya beraneka ragam misalnya :
 Cinta kepada thagut (syetan), selain Allah, dalam surat Al Baqarah: orang- orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah.
 Cinta berdasarkan hawa nafsu;
 Cinta lebih mengutamakan kecintaan kepada orang tua, anak, istri, perniagaan dan tempat tinggal.
Hikmah cinta adalah sangat besar, hanya orang yang telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah :
 Sesungguhnya cinta itu adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena setiap cinta mengalami berbagai macam rintangan;
 Bahwa fenomena cinta yang telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam melestarikan lingkungan;
 Bahwa fenomena cinta merupakan faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia;
 Fenomena cinta, jika diperhatikan merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesama mahluk menegakkan keamanan, ketentraman dan keselamatan di segala penjuru bumi.

Cinta Menurut Ajaran Agama
﷼ Cinta Diri (QS. Al Adiyat, 100:8, QS. Fushilat, 41:49).
﷼ Cinta Kepada Sesama Manusia.
﷼ Cinta Seksual (QS. Ar Rum, 30:21)
﷼ Cinta Kebapakan (QS. Maryam, 19:4-6, QS. Yusuf 12:84, QS. Hud, 11:45)
﷼ Cinta Kepada Allah (QS. Al Imran, 3:31)
﷼ Cinta Kepada Rasul.

Kasih Sayang
Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan:
a) Orang tua bersifat aktif, Si Anak bersifat pasif. Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral, materil dengan sebanyak-banyaknya, dan Si Anak menerima saja.
b) Orang tua bersifat pasif, Si Anak bersifat aktif. Dalam hal ini Si Anak memberikan kasih sayang kepada orang tuanya, sedangkan orang tuanya tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat Si Anak.
c) Orang tua bersifat pasif, Si Anak bersifat pasif. Masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri tanpa saling memperhatikan.
d) Orang tua bersifat aktif, Si Anak bersifat aktif. Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya.

Kemesraan.
Kemesraan ialah hubungan yan akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual.
Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama masing-masing, kepercayaan, kondisi, dan situasi.


Belas Kasihan
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta :
 Cinta Agape ialah cinta manusia kepada Tuhan.
 Cinta Philia ialah cinta kepada ibu, bapak, saudara dan yang ketiga
 Cinta Amor ialah antara pria dan wanita.

Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih sering kali dicampur baurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, dalam cinta kasih terdapat eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan.
Dengan demikian maka bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari pada perbuatan kemauan keduanya, lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang satu, juga tidak pada yang lain.



Minggu, 06 Maret 2011

RINGKASAN MAKALAH IBD SESI 1


PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN 

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Sekarang bangsa Indonesia sudah berada dalam era globalisasi, satu era yang ditandai dengan "menciutnya" dunia disebabkan berkembangnya teknologi informasi. Dalam era ini dunia yang sebenarnya luas terkesan menjadi sempit karena daya jangkau informasi yang semakin panjang, semakin luas, dan semakin cepat sehingga membuka kemungkinan sistem aksesabilitas yang makin sempurna.
Dalam laporan UNDP “Human Development Report 1999” (1999) disebutkan secara jelas ciri-ciri globalisasi sbb: (1) Ethic, adapun maksudnya ialah tuntutan untuk mengakhiri kekerasan dan pelanggaran HAM; (2) Inclusion, maksudnya ialah adanyatuntutan untuk memperkecil perbedaan-perbedaan antarbangsa; (3) Human Security, yaitu adanya tuntutan sanggup mengeliminasi instabilitas sosial; (4) Sustainability, yaitu adanya tuntutan untuk meminimalisasi perusakan lingkungan; serta (5) Development, adanya kesanggupan untuk berusaha mengakhiri kemiskinan dan deprivasi.

Jiwa dari globalisasi itu sendiri, adalah informasi yang tidak berbatas (borderless information). Di dalam situasi yang seperti ini terjadilah proses lintas budaya (transcultural) serta silang budaya (cross cultural) yang kemudian mempertemukan nilai-nilai budaya yang satu dengan yang lainnya. Pertemuan nilai-nilai budaya, atau disebut kontak budaya (cultural contact) , dapat menghasilkan dua kemungkinan; pertama, pertemuan tanpa menghasilkan nilai-nilai baru yang bermakna disebut dengan asimilasi (assimilation), serta kedua, pertemuan yang membuahkan nilai-nilai baru yang bermakna disebut akulturasi (acculturalization).

Di dalam konteks kebudayaan nasional, globalisasi itu bukan sesuatu yang menakutkan namun justru membuka peluang untuk menciptakan kemajuan kebudayaan yang positif; meski globalisasi itu sendiri tidak bebas dari unsur-unsur negatif. Untuk mengantisipasi itu bangsa Indonesia memiliki pedoman yang disebut "Teori Trikon”, yang terdiri dari tiga komponen sbb: Kontinuitas, melanjutkan budaya para “leluhur” bangsa yang mengandung nilai-nilai positif; Konvergensi, membuka peluang bagi budaya mancanegara untuk berakulturasi dengan budaya Indonesia; dan Konsentrisitas, hasil pertemuan budaya mancanegara dengan budaya Indonesia hendaknya dapat menghasilkan budaya (nilainilai) baru yang bermakna.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa saat ini kebudayaan nasional tidak kondusif untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu perubahan budaya agar pembangunan nasional yang dijalankan bangsa Indonesia dapat membuahkan hasil yang optimal. Sebagaimana yang dicantumkan di dalam "Strategi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Indonesia" (2000) pada dasarnya perubahan budaya bangsa Indonesia itu meliputi dua aspek sekaligus; masing-masing menyangkut perubahan sistem pengetahuan dan perubahan budaya politik. Di satu sisi sistem pengetahuan harus lebih ditingkatkan kualitasnya dan di sisi lain perubahan budaya politik masyarakat harus lebih direalisasikan.

1.2    Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini menganalisis Peran Kebudayaan Dalam Membentuk Kepribadian baik dari segi internel maupun eksternal bangsa Indonesia.

BAB  II
PERMASALAHAN

Analisis Peran Kebudayaan Dalam Membentuk Kepribadian baik dari segi internal maupun eksternal bangsa Indonesia dapat dilihat dr metode SWOT yaitu sebagai berikut :

2.1    Kekuatan (Strenght)

Ø    Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.

Ø    Kekhasan budaya Indonesia.
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya warga asing yang  mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang unik.

2.2    Kelemahan (Weakness)

®    Aturan tidak selamanya sebagai penjamin adanya suatu kebaikan bersama (bonum commune).
Negara Indonesia yang terbentuk sebagai suatu kesepakatan bersama (konvensi) memiliki tugas untuk melindungi, mengayomi, memimpin serta menghantar masyarakatnya menuju kesejahteraan bersama. Termasuk dalam konvensi itu, kebudayaan yang melingkupi seni tarian, lagu, legenda, dan sebagainya merupakan kekayaan yang mendatangkan keuntungan besar bagi Negara karena mampu mendatangkan devisa bagi Negara dengan menarik minat para wisatawan baik lokal maupun internasional.

®    Ketiadaan inventarisasi kebudayaan seluruh wilayah di Indonesia dan ketegasan pemerintah.
Pemerintah telah menghimbau kepada seluruh kepala daerah untuk melakukan pengecekan dan mengiventarisasikan hasil, bentuk, dan karya seni budaya di daerahnya masing-masing dan melaporkannya kepada jajaran terkait.

2.3    Peluang (Opportunity) 

Memperluas Wawasan Khasanah Bangsa kepada Dunia Luar
Komunitas global tentunya mempunyai peran yang sangat penting dalam proses memperkenalkan budaya asing kepada negara lain. Komunitas yang pastinya terdiri dari orang – orang atau mahasiswa yang berasal dari berbagai Negara di segala penjuru dunia ini akan sangat bermanfaat untuk memberikan opini / ide – ide untuk bertukar informasi mengenai budaya yang berkembang di Negara mereka masing.

2.4    Tantangan (Threat) 
  • Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan ikan di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
  • Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
2.5    Rekomendasi

a.    Mempertahankan aset budaya bangsa. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.

b.    Kebudayaan yang melingkupi seni tarian, lagu, legenda, dan sebagainya merupakan kekayaan yang mendatangkan keuntungan besar bagi Negara karena mampu mendatangkan devisa bagi Negara dengan menarik minat para wisatawan baik lokal maupun internasional.

c.    Cintai Produk Dalam Negeri. Di zaman globalisasi sekarang ini membuat orang lupa pada budayanya sendiri. Westernisasi/kebarat-baratan terjadi di mana-mana. Orang lebih suka pada warna rambut yang pirang, pintal, memakai pakaian luar negeri dibandingkan dengan warna rambut hitam, atau pakaian dengan merk dalam negeri seperti batik.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Kita sebagai warga Negara perlu membereskan semua persoalan dari dalam kehidupan kita seperti menumbuhkan minat dan cinta pada produk, seni dan budaya bangsa kita sendiri. Kebanggan sebagai bangsa tak lepas dari kekuatan pemikiran. Jika tidak pernah ada rangsangan dan gairah menyala-nyala atas tradisi berpikir kebudayaan, kita tidak akan pernah menemukan letak kebanggaan itu dan tanpa sadar melarutkan diri ke tengah pusaran negativitas globalisasi, menjadi bangsa inlander kembali dan akan merubah kepribadian bangsa yang syarat akan nilai budaya dan agama.

Maka untuk berakar secara kuat pada budaya sendiri, pemerintah perlu membuat inventarisasi seluruh seni dan budaya secara serius yang kemudian diteruskan pada lembaga atau instansi terkait, merampingkan dan memudahkan proses birokrasi untuk memperoleh hak paten atas karya seni yang dihasilkan dengan kemampuan sendiri sehingga kita tidak perlu ragu melainkan secara tegas, dan berani menuntut kembali milik kita yang diklaim secara sepihak oleh pihak asing.

3.2    Saran

Mengembalikan jati diri bangsa seakan sangat susah apa lagi harus di hadapkan dengan kehidupan era globalisasi yang menganut sistem kebebasan.Tanpa kesadaran dari masing-masing individu,jati diri bangsa sebagai negara yang berbudaya sulit kita capai. Remaja cuek termasuk disaat mereka berinteraksi dengan orang tua,kesannya tak peduli akan kehidupan sekitar.Mereka betul betul terbawa arus globalisasi karena hal itu mereka bertindak sesuka hati,Seperti sekarang ini mereka membentuk gank atau organisasi di sekolah untuk melakukan hal hal anarki yang mengarah padah pengrusakan fasilitas umum.

Moral generasi bangsa jadi rusak, timbul tindakan anarkis antar golongan muda dan lambat laun jiwa nasionalisme akan berkuran karena tidak adanya rasa cinta terhadap budaya bangsa kita sendiri dan hilangnya rasa peduli terhadap masyarakat. Munculnya sikap individualisme menimbulkan rasa tidak peduli terhadap masyarakat, lingkungan dan bangsa. Inilah kenyataan yang merupakan zaman dimana kebebasan di wajarkan, hal yang tak baik di biasakan. 

JAGA DAN CINTAI BANGSA KITA.

KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTERAAN (BAB 3)


Pendekatan Kesusasteraan

IBD yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris The Humanities. Istilah berasal dari bahasa Latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari The Humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, berbudaya, dan halus.
 
Sastra lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga menggunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.

Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa

 
Istilah prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusasteraan Indonesia kita mengenal jenis Prosa Lama dan Prosa Baru.

Prosa Lama meliputi :
Ø    Dongeng.
Ø    Hikayat.
Ø    Sejarah.
Ø    Epos.
Ø    Cerita Pelipur Lara.

Prosa Baru meliputi :
Ø    Cerpen.               
Ø    Novel.                  
Ø    Biografi.
Ø    Kisah
Ø    Otobiografi.

Nilai-nilai dalam prosa fiksi
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain  : 
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut.
Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dan warisan budaya bangsa.
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua:
  1. Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di zaman Jepang yang dikelompokkan ke dalam kelompok ini.
  2. Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.

Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari keseniaan, dan keseniaan cabang/unsur dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka: Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreatifitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
  1. Figura bahasa seperti gaya personifikasi (penjelmaan), metafora (kiasan),  perbandingan, alegori (kiasaan), sehingga puisi menjadi segar dan menarik. 
  2. Kata-kata yang ambiquitas , yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
  3. Kata-kata yang berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi   perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
  4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan  nilai-nilai  rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu  Budaya Dasar  adalah sebagai berikut:
  • Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaiaan pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas,. Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri tentang masyarakat. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
  • Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi, kita dapat diajak untuk menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
Puisi dan keinsyafan sosial.  

Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa:
·    Penderitaan atas ketidakadilan
·    Perjuangan untuk kekuasaan
·    Konflik dengan sesamanya
·    Pemberontakan kepada hukum Tuhan
 
Puisi–puisi umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih yang terdapat di dalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan dan renungan.
 
Cinta kasih itu kadang-kadang tidak berdiri sendiri, ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan, keputusasaan dan lain-lain).

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons